Akhir-akhir ini Indonesia diramaikan oleh isu pembubaran ormas-ormas anarkis yang ada di Indonesia. Uniknya, isu ini kembali mencuat setelah para perkumpulan masyarakat Dayak di Kalimantan menolak kedatangan perwakilan salah satu ormas di wilayah mereka dengan tegas.
Hal ini rupanya menggelitik perhatian media massa dan masyarakat lainnya. Hal ini lebih lanjut disikapi oleh adanya aksi damai yang dilakukan beberapa orang di Jakarta dalam hal pembubaran ormas tersebut karena ormas tersebut dinilai kerapkali melakukan aksi anarkis.
Perhatian saya semakin tertuju kepada pendapat masyarakat lainnya. Sejak dahulu rasa penolakan terhadap ormas-ormas anarkis dengan kedok agama seringkali dicetuskan oleh beberapa orang, namun terbatas dalam lingkup obrolan biasa atau media massa lainnya seperti twitter. Mengacu kepada dua hal di atas, respon masyarakat datang bertubi-tubi. Suara masyarakat terdengar lebih berani dalam menolak kehadiran mereka. Coba telisik lebih jauh di komentar-komentar Yahoo News maupun twitter. Masyarakat Dayak seolah telah menjadi lilin kecil yang memberikan semangat keberanian kepada masyarakat luas lainnya dalam menyuarakan isi hati mereka.
Luar biasa! Minoritas berani muncul di hadapan mayoritas dan justru menginspirasi pihak mayoritas (baca: masyarakat luas). Teori “Spiral of Silence” tidak berlaku disini. Apa penyebabnya?
Mari kita telisik pilar utama keberadaan Indonesia. Indonesia adalah Negara kesatuan yang terdiri dari ribuan pulau dengan masyarakat dari berbagai suku, agama, budaya, bahasa, dan adat istiadat. Indonesia adalah suatu bentuk kesatuan dari berbagai macam perbedaan. Ingatlah semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya walaupun berbeda-beda, namun tetap satu jua. Menyatukan perbedaan itu tidak mudah sobat, dibutuhkan rasa tenggang rasa dan saling menghargai. Bila hal itu tercapai, maka persatuan dapat terbentuk dengan selaras dan damai.
Aksi anarkis bahkan dengan kedok agama tentunya melanggar hal-hal di atas bukan? Kedamaian itu akan terusik dengan aksi anarkis tersebut. Pada dasarnya, masyarakat hanya menginginkan Indonesia yang tetap bersatu, menjunjung tinggi semboyan “Bhineka Tunggal Ika” dengan rasa damai yang terbentuk dari tenggang rasa dan saling menghargai. That’s it. Itulah sisi lain dibalik penolakan masyarakat terhadap ormas anarkis.
No comments:
Post a Comment