Saturday, 29 March 2014

Pelajaran Hidup dari Media Relations Hari Ini





Hari ini gue dan rekan kantor menemui seorang rekan wartawan dari salah satu media ternama di Indonesia. Gue suka banget ketemuan sama teman wartawan, karena kita bisa mengenal satu sama lain, ngobrol2, ketawa-ketiwi dan sharing ilmu.

Dari obrolan yang renyah, gue pun menemukan dua nilai hidup. Nilai hidup ini rasa-rasanya patut gue catat, for reminder.

Pertama, kita sempat ngomongin tentang talenta dan pekerjaan. Ketika kita memiliki suatu kemampuan, kehalian, ilmu, percaya deh kita ngga akan jadi pengangguran sejati. Tentu saja yang ini harus disertai dengan doa dan kemauan keras untuk tetap aktif lho, bukannya hanya diam berpangku tangan atau bahkan bermimpi tanpa melakukan apa-apa.

Kedua, ketika kita ngobrolin harga rumah yang semakin tinggi dan rejeki seseorang. Harga rumah akan selalu naik. Ketika kita selalu menunda untuk membelinya, maka harganya akan selalu melambung, ngga peduli gaji/pendapatan kita naik apa ngga. Ketika kita sudah minat, kalkulasikanlah, berdoalah, dan mantapkan hati untuk disiplin meraihnya. Percaya saja bahwa Tuhan selalu mencukupkan. Rejeki selalu ada. Hal ini juga berlaku untuk manusia-manusia galau yang lagi mikirin gimana caranya ngumpulin duit sesuai target.

Ya, segitu aja dulu sharing kali ini. Moga-moga reminder ini bermanfaat buat kalian yang membaca artikel ini. Thank you for reading :)

Outing ke Hongkong Bersama Praxis – Hari Ketiga





Seperti yang sudah dijelaskan di artikel tentang “Hari Kedua”, ada surprise tentang Ladies Market. Ternyata, Ladies Market dapat diraih hanya dengan berjalan 5 menit dari hotel! Ladies Market terbentang dari MTR Yau Ma Tei hingga MTR Mong Kok. Hahaha..

Pagi hingga siang hari kami menghabiskan waktu untuk packing dan berjalan-jalan di Ladies Market. Pedagang Ladies Market memang baru beraktivitas dari sore hingga malam hari. Di pagi hari ini, kami hanya menemukan beberapa tempat makanan dan pasar basah.

Perjalanan di Hongkong segera usai. Travel agent kembali menjemput kami untuk menuju bandara.Sambil menunggu waktu boarding, kami menghabiskan waktu berkeliling dari satu toko ke toko lainnya di bandara. Perjalanan di bandara memang membuat kita tidak mengenal waktu.

Semurah-murahnya duty free, tetap akan lebih murah berbelanja di luar bandara. Hal itu sudah terbukti dari beberapa barang yang untungnya sudah kubeli di luar bandara. Sama merek, sama bentuk, sama barang. Hanya berbeda harga.

Perjalanan kembali ke Jakarta pun kami lalui dengan Cathay Pacific. Pesawat ini nyaman digunakan karena berjenis Airbus, sehingga turbulance tidak begitu terasa. 

Malam harinya, tibalah kami kembali di tanah air tercinta. Thank you Hongkong for memorable experience. See you di lain waktu :)

Outing ke Hongkong Bersama Praxis – Hari Kedua




Hari kedua di Hongkong (22 Maret 2014) merupakan waktu bebas. Kami dibebaskan untuk pergi kemanapun yang kami mau. Kami berpencar. Kelompok cewe-cewe pergi berbelanja dari satu tempat ke tempat lainnya, sementara kelompok cowo-cowo pergi ke tempat belanja lainnya. Tempat tujuan disesuaikan dengan keinginan kami.

Di hari kedua ini, kami banyak menghabiskan waktu di Kowloon. Kami pergi dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan MTR (Mass Transit Railway).

Masing-masing dari kami memutuskan untuk membeli kartu MTR jenis Travel Pass seharga HKD 55. Travel Pass Card dapat digunakan untuk pergi kemana saja menggunakan MTR selama 24 jam penuh. Kami menggunakan MTR seharian ini, oleh karena itu hitungannya jadi lebih murah bila dibandingkan dengan beli single pass card.
Beberapa tempat yang aku ingat adalah Times Square, Forever 21, berbagai toko kosmetik bernama “Sasa”, dan tak ketinggalan H&M. Kami memutuskan untuk mengunjungi H&M di Tsim Sha Tsui (again). 



Malam harinya, hal yang tak boleh dilupakan untuk dikunjungi adalah Ladies Market. Ladies Market terletak di MTR Mong Kok. Hotel kami terletak di MTR Yau Ma Tei, hanya satu MTR menuju Ladies Market. Karena ketidaktahuan kami, akhirnya dari hotel kami naik MTR untuk menuju Ladies Market. Di hari ketiga, kami akan mendapatkan surprise tentang hal ini!

Source: gourmetjourney.blogspot.com


Di Ladies Market, semua orang pasti akan mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan. Disana aku melihat langsung proses seorang cowo melamar cewenya di tengah pasar (mereka tidak sadar kalo aku tak sengaja memperhatikan mereka). Tak jauh dari sana, aku melihat segerombolan anak muda yang membawa balon bertuliskan “Will You Marry Me?”. Kalau yang ini, nampaknya proses melamar sudah selesai. Segerombolan anak muda itu memasang muka sumringah dan lega. Ya, tampaknya teman mereka berhasil melamar pacarnya. (Asumsi dengan mengamati nih namanya. LOL).

Di tempat ini pun tidak banyak orang yang bisa berbicara Bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris. Meski demikian, aku berupaya untuk menawarnya dalam Bahasa Mandarin. Hitung-hitung mempraktekkan Bahasa Mandarin yang cuma kupelajari selama setahun, tepatnya 8 tahun yang lalu. Berbelanja di Ladies Market itu harus bermuka tebal. Ngga usah takut, kaget, apalagi sampe sakit hati kalo diomelin, dimaki-maki, bahkan diusir. Inilah seni berbelanja di Ladies Market. Kalau gagal mendapatkan barang yang kita tawar, bahkan diomelin dan diusir, ya move on ke tempat lainnya. 

Perjalanan hari kedua ini usai sudah. Setelah aku hitung, kami berjalan kaki lebih dari 12 jam hari ini. Sesampainya di hotel (sekitar jam ½ 12 malam), kami membawa banyak belanjaan di tangan dan tak ketinggalan adalah kaki yang super pegal. Namun, kami senang.

Friday, 28 March 2014

Outing ke Hongkong Bersama Praxis – Hari Pertama


Melewati tahun kedua di Praxis, kami memutuskan untuk mengadakan outing ke Hongkong pada tanggal 21-23 Maret 2014. Menjelang outing, kami harus mampu melewati berbagai  event, bahkan di tanggal 20 dan 21 Maret. Syukurlah, kerja keras dan stamina kami mampu mendukung kami melewati semuanya dengan baik.
 
Kunjungan aku ke Hongkong bukanlah yang pertama. Sewaktu SD dulu, aku pernah ke Hongkong, namun sudah tidak begitu ingat detailnya. Terlebih, kala itu aku lebih banyak berwisata ke Shenzhen.


Perjalanan tim Praxis ke Hongkong dilakukan pada Kamis malam (20 Maret 2014) sekitar jam 12 malam dengan Cathay Pacific. Sampailah kami di Hongkong dengan selamat pada Jumat paginya. Hari Jumat tersebut kami pergunakan sebaik-baiknya untuk memperat kebersamaan kami, dengan dipandu oleh travel agent.

Kedatangan kami di Hongkong disambut oleh cuaca yang sejuk, bagaikan di Lembang pada malam hari. Suhu disana berkisar 14-18’ C. Untuk menjaga badan hangat, tentu kami menyelimuti tubuh kami masing-masing dengan coat/jaket.

Hal pertama yang kami lakukan di Hongkong (selain berfoto tentunya) adalah sarapan di Foo Lum Dimsum. Kami dihidangkan beragam makanan Chinese khas Hongkong, seperti dimsum, bubur, dan tak ketinggalan teh hangat.
Setelah kenyang mengisi perut, kami mengadakan City Tour. Tempat iconic yang wajib dikunjungi tentunya adalah Victoria Harbour. Ini adalah tempat yang cukup ok untuk foto-foto. Menurut penuturan banyak orang, banyak TKI yang akan berkumpul disini pada akhir pekan. Saking banyaknya, tempat ini serasa rumah karena mereka akan saling berbincang-bincang dengan Bahasa Daerah dan Bahasa Indonesia.

Untuk mengawali perjalanan kami secara resmi, kami pun berfoto bersama lengkap dengan spanduk Praxis yang dibawa dari Jakarta:
Note: Hidden faces as requested


Setelah itu, kami mengunjungi The Peak. Sesuai namanya, tempat ini ibarat Puncak. Kami perlu melewati jalanan dengan tikungan curam. Suhu udara di The Peak pastinya lebih dingin. Sepanjang perjalanan, sang pemandu wisata menjelaskan profil pemilik rumah mewah yang ada di The Peak. Oya, Madame Tussauds terletak di The Peak. Namun, kami memutuskan untuk tidak masuk kedalamnya.

Tempat selanjutnya yang kami kunjungi adalah Repulse Bay. Ini merupakan pantai. Pantainya bersih dan tentunya sejuk. Disana kami sempat berfoto-foto untuk sejenak. Tidak banyak orang disana, mungkin karena musim dingin. 

Setelah dari sana, kami mengunjungi sebuah tempat shinshe yang juga menjual obat-obatan herbal bernama The Herbs Shop. Kami juga menghampiri sebuah toko perhiasan di dekat sana.

Sebelum melanjutkan perjalanan kembali, tentunya kami perlu mengisi perut. Makan siang kami lalui tak kalah hebohnya dengan sarapan. Makan siang kali ini diadakan di Banquet Palace.

Kami pun siap melanjutkan perjalanan. Meski udara dingin menggigit, kami memberanikan diri untuk mengelilingi pusat kota Hongkong dengan Big Bus terbuka. Tentu saja kami merasa kedinginan. Meski dingin, tetap harus eksis.

Perjalanan dengan travel agent pun berakhir. Kami menuju The City View Hotel untuk beristirahat sejenak dan mandi.

Malam harinya, kami semua menuju Star House Building di Tsim Sha Tsui untuk makan malam bersama. Karena sudah jam 8 malam dan perut keroncongan, kami memutuskan untuk naik 2 taxi (masing2 taxi memiliki kapasitas penumpang maksimal 5 orang).

Tidak semua sopir taxi mengerti Bahasa Inggris. Bahkan, banyak juga yang tidak mengerti Bahasa Mandarin. Mayoritas menggunakan Bahasa Kanton. Syukurlah, taxi yang aku tumpangi mengerti Bahasa Mandarin, meski aku hanya bisa bicara Bahasa Mandarin sedikit-sedikit. Naik taxi di Hongkong seru, seperti naik jet coaster dan mobil-mobil di Fast & Furious yang super ngebut. Untuk yang gampang mabok atau ngga suka ngebut-ngebutan, tidak disarankan naik taxi di Hongkong.

Makan malam pun penuh usaha ekstra, karena para pelayannya tidak mengerti Bahasa Inggris. Syukurlah sang manager bisa berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Setelah makan malam bersama, kami memutuskan untuk menghabiskan waktu berbelanja di kawasan Tsim Sha Tsui.

Saturday, 8 March 2014

Pelajaran Hidup dari Drama Korea “Good Doctor”



Setelah lama ngga nulis di blog, I guess I need to back. Nulis apa aja yang mau gue tulis. Penting ngga penting, terserah bagaimana orang memandangnya.

Secara ngga sengaja gue melihat adik gue nonton episode pertama “Good Doctor”, drama Korea tahun 2013. Dari episode pertama, gue ngerasa alur ceritanya menyentuh. Selalu ada pelajaran hidup yang bisa ditarik dari sana. Well, belajar ngga harus melalui text book, lecturing, atau seminar. Learn from your surrounding, even through film.

Disini gue mau share pelajaran apa aja yang gue dapat dari "Good Doctor"

Pertama, pentingnya arti mempertahankan mimpi. Gue salut banget sama tokoh utama. Keterbatasan tidak menghalangi seseorang untuk meraih mimpi. Keadaan dan masa lalu kita, bahkan keadaan masa kini tidak sepatutnya menghalangi kita dalam meraih mimpi.

Kedua, arti pengorbanan. Diperlukan hati dan cinta yang seluas samudera untuk dapat berkorban untuk orang lain. Menurut gue, jika seseorang berkorban, berarti orang itu memiliki kasih di hidupnya. 

Ketiga, arti ketulusan. Hal yang sulit banget untuk dilihat semakin gue besar dan melihat dunia ini. Orang yang tulus tentunya harus punya sensitivitas terhadap apa yang diyakini hatinya, melakukan sesuatu berdasarkan apa yang yang hati kecilnya katakan, tanpa mempedulikan apa omongan orang. Hal ini bisa dilihat dari Cha Yoon Seo dalam mencintai Park Shi On, dan bagaimana Shi On mampu menerima kembali orang tua dan teman masa kecil yang menjahatinya.

Keempat, gambaran cowo menarik. Wah, kalo ini selera gue. Hahaha.. Dari dulu gue selalu tertarik sama cowo yang cerdas, tegas, dan fokus pada tujuan hidupnya. Ini gue lihat dari peran Professor Kim. Orang kedua adalah pemeran Park Shi On, yaitu Moon Joo Won. Ketampanannya mungkin kalah dibandingkan dengan aktor Korea lainnya, namun kemampuannya memerankan orang yang menderita autism (menurut gue ini susah banget dan jempol banget buat sang aktor), kemampuannya bernyanyi, itu udah bisa mengalahkan orang yang sekedar tampan.

Kelima, belajar menghargai. Film ini mengingatkan gue untuk lebih menghargai orang lain, siapapun itu. Kita semua sama-sama manusia, punya kelebihan dan kekurangan.
 
Keenam, tetap realistis. Ini dia yang tetap harus dicamkan dalam pikiran. Drama Asia selalu sukses membuat kita menetapkan gambaran ideal di kepala kita. Contohnya, standar cowo idaman dan proses percintaan. Nilai yang ada dalam film dapat berkontribusi kita untuk menjadi orang yang lebih baik, namun jangan sampai kita menetapkan standar berdasarkan film.

Pada akhirnya, gue rasa gue akan coba lagi nonton film drama Asia macam ini setelah 8 tahun meninggalkannya. Tulisan ini memang banyak ngga pentingnya, tapi gue cuma berharap moga-moga sharing kali ini bisa bermanfaat meskipun cuma dikit.