Melewati tahun kedua di
Praxis, kami memutuskan untuk mengadakan outing ke Hongkong pada tanggal 21-23
Maret 2014. Menjelang outing, kami harus mampu melewati berbagai event, bahkan di tanggal 20 dan 21 Maret.
Syukurlah, kerja keras dan stamina kami mampu mendukung kami melewati semuanya
dengan baik.
Kunjungan aku ke Hongkong
bukanlah yang pertama. Sewaktu SD dulu, aku pernah ke Hongkong, namun sudah
tidak begitu ingat detailnya. Terlebih, kala itu aku lebih banyak berwisata ke
Shenzhen.
Perjalanan tim Praxis ke
Hongkong dilakukan pada Kamis malam (20 Maret 2014) sekitar jam 12 malam dengan
Cathay Pacific. Sampailah kami di Hongkong dengan selamat pada Jumat paginya.
Hari Jumat tersebut kami pergunakan sebaik-baiknya untuk memperat kebersamaan
kami, dengan dipandu oleh travel agent.
Kedatangan kami di Hongkong
disambut oleh cuaca yang sejuk, bagaikan di Lembang pada malam hari. Suhu
disana berkisar 14-18’ C. Untuk menjaga badan hangat, tentu kami menyelimuti
tubuh kami masing-masing dengan coat/jaket.
Hal pertama yang kami
lakukan di Hongkong (selain berfoto tentunya) adalah sarapan di Foo Lum Dimsum.
Kami dihidangkan beragam makanan Chinese khas Hongkong, seperti dimsum, bubur,
dan tak ketinggalan teh hangat.
Setelah kenyang mengisi
perut, kami mengadakan City Tour. Tempat iconic yang wajib dikunjungi tentunya
adalah Victoria Harbour. Ini adalah tempat yang cukup ok untuk foto-foto.
Menurut penuturan banyak orang, banyak TKI yang akan berkumpul disini pada akhir
pekan. Saking banyaknya, tempat ini serasa rumah karena mereka akan saling
berbincang-bincang dengan Bahasa Daerah dan Bahasa Indonesia.
Untuk mengawali perjalanan
kami secara resmi, kami pun berfoto bersama lengkap dengan spanduk Praxis yang
dibawa dari Jakarta:
|
Note: Hidden faces as requested |
Setelah itu, kami
mengunjungi The Peak. Sesuai namanya, tempat ini ibarat Puncak. Kami perlu
melewati jalanan dengan tikungan curam. Suhu udara di The Peak pastinya lebih
dingin. Sepanjang perjalanan, sang pemandu wisata menjelaskan profil pemilik rumah
mewah yang ada di The Peak. Oya, Madame Tussauds terletak di The Peak. Namun,
kami memutuskan untuk tidak masuk kedalamnya.
Tempat selanjutnya yang kami
kunjungi adalah Repulse Bay. Ini merupakan pantai. Pantainya bersih dan
tentunya sejuk. Disana kami sempat berfoto-foto untuk sejenak. Tidak banyak
orang disana, mungkin karena musim dingin.
Setelah dari sana, kami
mengunjungi sebuah tempat shinshe yang juga menjual obat-obatan herbal bernama
The Herbs Shop. Kami juga menghampiri sebuah toko perhiasan di dekat sana.
Sebelum melanjutkan
perjalanan kembali, tentunya kami perlu mengisi perut. Makan siang kami lalui
tak kalah hebohnya dengan sarapan. Makan siang kali ini diadakan di Banquet
Palace.
Kami pun siap melanjutkan
perjalanan. Meski udara dingin menggigit, kami memberanikan diri untuk
mengelilingi pusat kota Hongkong dengan Big Bus terbuka. Tentu saja kami merasa
kedinginan. Meski dingin, tetap harus eksis.
Perjalanan dengan travel
agent pun berakhir. Kami menuju The City View Hotel untuk beristirahat sejenak
dan mandi.
Malam harinya, kami semua menuju
Star House Building di Tsim Sha Tsui untuk makan malam bersama. Karena sudah
jam 8 malam dan perut keroncongan, kami memutuskan untuk naik 2 taxi (masing2
taxi memiliki kapasitas penumpang maksimal 5 orang).
Tidak semua sopir taxi
mengerti Bahasa Inggris. Bahkan, banyak juga yang tidak mengerti Bahasa
Mandarin. Mayoritas menggunakan Bahasa Kanton. Syukurlah, taxi yang aku
tumpangi mengerti Bahasa Mandarin, meski aku hanya bisa bicara Bahasa Mandarin
sedikit-sedikit. Naik taxi di Hongkong seru, seperti naik jet coaster dan
mobil-mobil di Fast & Furious yang super ngebut. Untuk yang gampang mabok
atau ngga suka ngebut-ngebutan, tidak disarankan naik taxi di Hongkong.
Makan malam pun penuh usaha
ekstra, karena para pelayannya tidak mengerti Bahasa Inggris. Syukurlah sang
manager bisa berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Setelah makan malam bersama,
kami memutuskan untuk menghabiskan waktu berbelanja di kawasan Tsim Sha Tsui.