3 February 2011 seharusnya menjadi imlek yang indah, penuh dengan canda tawa, makanan khas imlek dan pengumpulan angpao. Namun tidak untuk imlek tahun ini...
Persiapan imlek telah dilakukan jauh-jauh hari, ditandai dengan hebohnya hunting baju di berbagai Mall dan tempat, makanan khas imlek, bersih-bersih rumah, hingga rencana yang telah tersusun rapi. Semuanya hancur saat gue pulang ke toko pada tanggal 2 February 2011 (malaman imlek). Nyokap gue yang saat itu makan jeruk mulai batuk-batuk, dan semakin parah hingga asmanya kambuh. Keadaan diperburuk saat adik gue yang kecil sedang pergi main dan tidak bawa HP.
Akhirnya gue n nyokap memutuskan pulang. Karyawan di rumah disuruh tunggu adik gue pulang di toko. Nyokap masih asma hingga sore. Biasanya asmanya akan sembuh saat nyokap udah minum obat. Berhubung malam itu kami berencana makan malam di luar dan rambut gue kotor, gue memutuskan untuk creambath di salon sambil menunggu sore datang.
Sehabis creambath dan pulang ke rumah, bokap memutuskan untuk membatalkan makan malam di luar karena nyokap masih asma. Esok harinya, dokter langganan yang dihampiri pagi-pagi enggan memeriksa, bahkan hanya istrinya yang menghadap bonyok gue. Istri sang dokter tersebut bilang bahwa stok obat asma sedang habis. Dokter di dalam ENGGAN memeriksa pasien langganannya padahal nyokap sudah asma parah.
Pelajaran yang didapat dari hal ini adalah: Tidak semua orang yang berprofesi dokter itu beriwa mulia sebagaimana persepsi yang ditanamkan dari kecil (bahwa dokter adalah profesi yang mulia).
Karena hari besar dan dokter banyak yang tidak praktik, nyokap pun dibawa bokap ke klinik terdekat. Klinik tersebut memberikan obat ke nyokap, namun entah mengapa penyakit nyokap semakin parah. Di hari imlek tersebut, gue melihat bokap menangis. Seumur hidup gue melihat bokap menangis 3x, yaitu saat bisnisnya hancur, saat Akong (kakek) meninggal, dan saat nyokap sakit saat ini.
Bokap suruh gue ke Jakarta bersama ade-ade gue tanpa bokap dan nyokap buat ngerayain imlek sama Oma dari bokap. Saat itu pikiran gue langsung ngomong:
1. Mana bisa gue happy-happy saat nyokap sakit
2. Kalau mobil gue bawa, kalau nyokap perlu pakai gimana.
Gue memutuskan ngga ngerayain imlek tahun ini. Bokap udah ngga ngerti mesti gimana, nyokap ngga mau dibawa ke rumah sakit. Akhirnya setelah diyakinkan bokap, nyokap pun mau dibawa ke rumah sakit.
Sepanjang perjalanan, nyokap terus nanya udah sampai mana, kok lama banget. Nyokap langsung dilarikan ke UGD dan resmi hari itu juga, nyokap masuk rumah sakit. Ketika gue masuk ke kamar pasien, gue kaget lihat nyokap dengan selang infus dan selang oksigen di hidung. Gue sedih banget.. Meski dalam hidup ini gue sering banget berantem sama dia, tapi jujur dalam hati gue terdalam, gue sayang sama dia.
Gue suapin dia makan, gue yang bantu dia saat ke toilet, gue yang urus rumah dan urus semua keperluan dia. Dia ngga mau gue tungguin di rumah sakit saat malam, karena dia takut gue bakal ikutan sakit dan nanti malah tambah kacau...
Tanggal 7 February 2011 nyokap keluar dari rumah sakit meski sebenarnya dokter belum ijinin pulang. Nyokap pengen dirawat jalan aja karena di rumah sakit sakit di infus dan sakit berhubungan dengan jarum suntik.
Imlek tahun ini sungguh menyedihkan, ngga bisa happy-happy dan banyak uang yang mengalir ke rumah sakit. Namun terlepas dari itu semua, hubungan kekeluargaan ini semakin erat dan banyak hikmah yang bsa diambil, seperti pentingnya menjaga kesehatan dan siapa saja yang tulus berhubungan dengan kita.
Semoga hal ini ngga terjadi di kemudian hari. Bukan, bukan soal imlek tersebut, namun soal kesehatan nyokap.
Matius 21:22
"Dan apa saja yang kamu minta dalam DOA dengan PENUH KEPERCAYAAN, kamu akan menerimanya"
No comments:
Post a Comment