Monday 31 October 2011

7 Aksi Lamaran Teromantis Versi on The Spot (Trans 7)


Di bulan Oktober 2011 ini, ada 7 video menarik yang ditampilkan oleh On The Spot di Trans 7. Video tersebut adalah video 7 aksi lamaran teromantis. Berikut link video tersebut:

  Best Marriage Proposal Ever


Freeze Time Proposal Crazy Video


 A Man's Romantic Proposal On A Dock



Will You Marry Me?


Jeff & Natasha - A Perfect Proposal


Trang & Nam Proposal at U.C.L.A

The Best Asian Proposal


I love the videos! :D 


Video terfavorit saya adalah video lamaran Trang & Nam. Itu merupakan video lamaran terbaik dari ketujuh video tersebut. Yang mana favoritmu?

End of October 2011


Time goes so fast and I’ve finally realized that today is the end of October 2011. I have to promise to my self that I should use my November 2011 very well. I have to develop my self, learn more and more, be wise to use my time. As long as I can, I know I have to do it. I don’t want to stuck on useless days. Preparing myself in welcoming November :)

Friday 21 October 2011

Tragedi Terlindasnya Yue-Yue di China --> Fenomena Anti-Sosial

Anti-sosial = antara matinya rasa kepedulian atau kiat menghindari diri dari masalah.
Detik-Detik Tertabraknya Yue-Yue

Orang-Orang Melewatinya Begitu Saja

"Orang Samaria" yang Baik Hati

Yue-Yue, balita China berumur 2 tahun tiba-tiba menjadi bahan pemberitaan luas di seluruh negeri. Rekaman CCTV begitu hangat diperbincangkan dan beredar luas di YouTube, meski beberapa dari video tersebut sudah dihapus karena dianggap pelarangan.

Balita kecil ini begitu terkenal karena rekaman CCTV yang menunjukkan betapa tragisnya dia terlindas sebuah mobil van berwarna putih dan kemudian dilindas oleh sebuah truk namun belasan orang yang melewati jalan itu hanya melihat dan melaluinya begitu saja. Belasan orang tidak nampak mencoba menolong. Yang menolong Yue-Yue justru seorang wanita pemulung yang orang-orang kaitkan dengan cerita Yesus mengenai orang Samaria yang baik hati.

Rekaman itu beredar luas di berbagai negara dan memicu kemarahan internasional. Banyak orang mengutuk mereka yang melihat kejadian itu namun melaluinya begitu saja. Yue-Yue kini sudah tiada setelah melalui dua kali masa krisis dan kematian otak. Perbincangan pun terjadi disana-sini. Mengapa orang begitu anti-sosial? Di satu sisi, orang begitu marah dengan kejadian ini. Menelitik lebih jauh, fenomena yang orang sebut dengan anti-sosial memiliki sejarahnya sendiri.

Seorang teman memberikan clue mengapa tidak sepatutnya orang menghakimi orang tanpa melakukan penelitian terlebih dahulu. Setelah mencari tahu di Google, ditemukan sebuah tulisan menarik yang pastinya membuang mata tercengang. Suatu tulisan berisi fakta-fakta mengapa orang menjadi anti-sosial di China. Link yang berjudul, “Sebab Mengapa Orang Mengabaikan Yueyue, Korban Tabrak Lari di China” sedikit banyak memberikan pemahaman atas fenomena anti-sosial ini.

Di Indonesia, peristiwa seperti ini pastinya akan langsung heboh. Kemungkinan masyarakat sekitar akan mengejar si sopir, menghabisinya dan membakar mobilnya. Beberapa menonton adegan ini, dengan kemungkinan adanya masyarakat yang langsung menghubungi polisi. Pendapat ini muncul dengan dasar beberapa kejadian busway yang menabrak pejalan kaki dan kecelakaan di jalan yang membuat kemacetan akibat banyaknya orang yang menonton.

Seorang teman membagikan pengalaman pamannya dalam menolong seseorang yang pingsan di tengah jalan. Niat baik hati untuk menolong nampaknya menjadi suatu modus baru bagi para pemeras dan penipu. Sang paman dituduh telah menghipnotis, dan mengambil harta korban berupa uang Rp 20juta, laptop, dan handphone. Sang Paman diperas untuk mengganti rugi. Merasa diperas, Si Paman bersedia untuk memperkarakannya saja ke polisi. Melalui proses negosiasi, akhirnya Sang Paman dengan berat hati memberikan uang Rp 5 juta dengan pikiran daripada melalui proses pengadilan yang menghabiskan waktu panjang dan energi sia-sia.

Niat baik berbuah kemalangan. Pelajaran yang bisa diambil dari kasus-kasus tersebut adalah fenomena anti-sosial memiliki sejarahnya sendiri. Ada suatu latar-belakang sejarah dan kisah dibalik itu. Orang mungkin ingin meolong orang asing yang tertimpa sial, namun banyaknya kisah nyata justru membuat mereka merasa lebih baik diam daripada berbaik hati menolong namun justru jatuh terjerembab dalam masalah itu sendiri.

Yang disayangkan dari kisah Yue-Yue adalah keteledoran orangtuanya dalam menjaga anaknya, serta tidak adanya orang yang langsung mengambil handphone mereka dan menghubungi polisi, atau berteriak mencari orang tua si korban. Semoga ini adalah tragedi memilukan terakhir.


Thursday 13 October 2011

Kasus Perampokan Pulsa

Sumber: www.poskota.co.id
Posko Pengaduan
Sumber: www.surabaya.detik.com


Pembahasan acara Jakarta Lawyers Club di TV One pada Hari Rabu, 12 Oktober 2011 terasa menarik untuk saya, ayah saya dan teman saya. Topiknya adalah mengenai perampokan pulsa.

Sungguh menarik mengetahui bahwa kasus ini sudah ada di Indonesia sejak 2 tahun yang lalu dan terkesan dibiarkan sehingga akhir-akhir ini kasus ini semakin menjadi-jadi. Bagi rakyat biasa, terlebih rakyat kecil, hal ini sungguh menyesakkan dada. Para penjual bakso hingga tukang parkir pun kini sudah menggunakan telepon genggam. Bayangkan saja apabila mereka mengisi pulsa dalam jumlah kecil seperti Rp 10ribu namun pulsa mereka dirampok provider.

Untuk mereka yang menggunakan pulsa hingga jutaan rupiah per bulan, persoalan bukan kepada jumlah pulsa yang dipotong, melainkan lebih kepada rasa dikecewakan dan merasa dirampok. Mengapa dikatakan dirampok? Karena banyak pengguna ponsel yang merasa tidak pernah mendaftar, namun terdaftar secara otomatis. Mengapa dikatakan ditipu? Karena sms undian dan sms berbagai konten dikirimkan dengan nomor cantik sejumlah 4 hingga 5 digit saja. Mudah untuk mendaftar, namun banyak yang merasa kesulitan untuk menghentikannya.

Sungguh menarik membaca artikel Kompasiana. Ada kalimat menarik, yaitu:
Di Singapura, seperti dibacakan oleh Karni Ilyas dalam acara JLC, pemerintah Singapura menjatuhkan sanksi denda senilai kurang lebih kalau dirupiahkan 700 juta kepada operator seluler, hanya karena apa? Hanya karena aduan dari 1 orang konsumen. Ini BRTI sudah ribuan aduan. Sudah cukup. BRTI pun dibiayai oleh APBN artinya uang rakyat. Maka, jika BRTI tidak bisa menuntaskan masalah rakyat berarti telah gagal.

Bagaimana dengan kelanjutan kasus di Indonesia kita tercinta? 
 
Pada tanggal 18 Oktober 2011, tindakan nyata sudah ditempuh oleh Kementerian terkait meskipun ada segelintiran keluhan dari masyarakat di dunia maya bahwa mereka masih merasakan pemotongan pulsa. Apabila masyarakat masih mengalami kesulitan atau kurang informasi mengeani cara UNREG, langkah baiknya bila reset ulang dilakukan secara periodik, untuk mencegah terjadinya hal serupa.

Thursday 6 October 2011

Dunia Pendidikan Menaruh Ekspektasi Terlampau Tinggi Terhadap Anak Indonesia




Teringat cerita bokap tentang masa-masa sekolahnya dulu, bawa buku tulis cukup 2 saja, tapi otak bokap cerdas. Waktu sekolah, saat menemui kesulitan ya tanya bokap, dan dia tahu jawabannya. Jaman sekolah gue dulu, bawa buku berat-berat, satu pelajaran itu minimal 2 buku tulis, malah terkadang 3 hingga 4 buku.

Dalam sehari dapat pelajaran sekitar 3-5 pelajaran. Tas sekolah selalu berat dan terlampau berat untuk mereka yang pulang-pergi ke sekolah naik kendaraan umum. Terlalu letih untuk belajar. Dari pagi hingga siang menjelang sore.

Sekarang.. Anak sekolah sekarang semakin dituntut. Buku pelajaran wajib semakin berat untuk dibawa, dengan buku tulis sekitar 2 hingga 4 buku untuk tiap pelajaran. Sekolah dari pagi hingga siang sekitar jam 1 atau jam 2 siang. Sampai rumah sudah tepar. Cape. Makan. Belum lagi ada les, ngerjain pe-er, belajar buat ulangan besok.

Fenomena les memang sudah marak dari jaman gue sekolah dulu. Tapi, semakin diperhatikan, kenapa semakin banyak murid yang “dipaksa keadaan” untuk les? Jaman dulu yang les adalah yang kemampuan belajarnya terhambat. Sekarang? Semua murid berlomba-lomba untuk les. Mereka yang tidak les biasanya terhambat prestasinya dibandingkan mereka yang mengikuti les.

Ini adalah bahan introspeksi diri bagi mereka yang bergelut di dunia pendidikan, khususnya bagi mereka yang berada di dalam institusi tersebut, para pembuat kebijakan. Memang betul bahwa jaman semakin berkembang dan anak Indonesia harus siap menghadapi itu. Tapi ingat Pak, Bu, mereka itu tidak sekuat kalian fisiknya.. Bermain itu masih memiliki peranan penting..

Mengapa anak Indonesia harus dijejali berbagai macam mata pelajaran yang isinya mendalam? Tiap anak memiliki passion-nya masing2, jangan dituntut “pintar” dengan menjejali pelajaran yang semakin sulit dari masa ke masa, apalagi memasang standar nilai nasional. Apa hak kalian memasang standar itu? Bila semua sekolah sudah memiliki fasilitas memadai, bolehlah diberlakukan. Lihatlah keluar sedikit, banyak anak Indonesia yang pintar seperti yang kalian harapkan, namun terpaksa putus sekolah karena biaya pendidikan terlalu mahal. Banyak sekolah yang hampir ambruk. Masih banyak dari mereka yang kesulitan meraih harapan kalian karena tertinggalnya berbagai faktor pendukung seperti ketersediaan komputer, internet, dan guru berkualitas.

Seorang guru biologi pernah berkata, saya penting mempelajari biologi. Iya, saya tahu hal itu. Itu untuk kemajuan diri saya juga kok. Tapi apalah gunanya bila konten didalamnya terlalu berat, bahkan sang guru yang saat itu menempuh studi kuliah di bidang itu juga berkata itu materi kuliah? Saya menjawab, maaf, itu bukan passion saya. Saya menghargai biologi dengan mempelajarinya, namun jangan paksa saya menjadi ahlinya. Passion saya bukan disana. Beliau terdiam.

Tolonglah mengerti… Wahai kalian Bapak dan Ibu yang bergelut di dunia pendidikan, jangan membebani anak cucu kalian dengan beragam fantasi dan ekspektasi kalian yang terlalu tinggi. Cukuplah melihat dulu kondisi sebetulnya..

Tulisan ini merupakan ungkapan keprihatinan saya atas apa yang saya perhatikan selama ini. Semoga tulisan ini bisa disikapi dengan baik oleh yang membacanya. Mudah-mudahan ada ahli pendidikan yang membaca blog ini  :)