Anti-sosial = antara matinya rasa kepedulian atau kiat menghindari diri dari masalah.
Detik-Detik Tertabraknya Yue-Yue |
Yue-Yue, balita China berumur 2 tahun tiba-tiba menjadi bahan pemberitaan luas di seluruh negeri. Rekaman CCTV begitu hangat diperbincangkan dan beredar luas di YouTube, meski beberapa dari video tersebut sudah dihapus karena dianggap pelarangan.
Balita kecil ini begitu terkenal karena rekaman CCTV yang menunjukkan betapa tragisnya dia terlindas sebuah mobil van berwarna putih dan kemudian dilindas oleh sebuah truk namun belasan orang yang melewati jalan itu hanya melihat dan melaluinya begitu saja. Belasan orang tidak nampak mencoba menolong. Yang menolong Yue-Yue justru seorang wanita pemulung yang orang-orang kaitkan dengan cerita Yesus mengenai orang Samaria yang baik hati.
Rekaman itu beredar luas di berbagai negara dan memicu kemarahan internasional. Banyak orang mengutuk mereka yang melihat kejadian itu namun melaluinya begitu saja. Yue-Yue kini sudah tiada setelah melalui dua kali masa krisis dan kematian otak. Perbincangan pun terjadi disana-sini. Mengapa orang begitu anti-sosial? Di satu sisi, orang begitu marah dengan kejadian ini. Menelitik lebih jauh, fenomena yang orang sebut dengan anti-sosial memiliki sejarahnya sendiri.
Seorang teman memberikan clue mengapa tidak sepatutnya orang menghakimi orang tanpa melakukan penelitian terlebih dahulu. Setelah mencari tahu di Google, ditemukan sebuah tulisan menarik yang pastinya membuang mata tercengang. Suatu tulisan berisi fakta-fakta mengapa orang menjadi anti-sosial di China. Link yang berjudul, “Sebab Mengapa Orang Mengabaikan Yueyue, Korban Tabrak Lari di China” sedikit banyak memberikan pemahaman atas fenomena anti-sosial ini.
Di Indonesia, peristiwa seperti ini pastinya akan langsung heboh. Kemungkinan masyarakat sekitar akan mengejar si sopir, menghabisinya dan membakar mobilnya. Beberapa menonton adegan ini, dengan kemungkinan adanya masyarakat yang langsung menghubungi polisi. Pendapat ini muncul dengan dasar beberapa kejadian busway yang menabrak pejalan kaki dan kecelakaan di jalan yang membuat kemacetan akibat banyaknya orang yang menonton.
Seorang teman membagikan pengalaman pamannya dalam menolong seseorang yang pingsan di tengah jalan. Niat baik hati untuk menolong nampaknya menjadi suatu modus baru bagi para pemeras dan penipu. Sang paman dituduh telah menghipnotis, dan mengambil harta korban berupa uang Rp 20juta, laptop, dan handphone. Sang Paman diperas untuk mengganti rugi. Merasa diperas, Si Paman bersedia untuk memperkarakannya saja ke polisi. Melalui proses negosiasi, akhirnya Sang Paman dengan berat hati memberikan uang Rp 5 juta dengan pikiran daripada melalui proses pengadilan yang menghabiskan waktu panjang dan energi sia-sia.
Niat baik berbuah kemalangan. Pelajaran yang bisa diambil dari kasus-kasus tersebut adalah fenomena anti-sosial memiliki sejarahnya sendiri. Ada suatu latar-belakang sejarah dan kisah dibalik itu. Orang mungkin ingin meolong orang asing yang tertimpa sial, namun banyaknya kisah nyata justru membuat mereka merasa lebih baik diam daripada berbaik hati menolong namun justru jatuh terjerembab dalam masalah itu sendiri.
Yang disayangkan dari kisah Yue-Yue adalah keteledoran orangtuanya dalam menjaga anaknya, serta tidak adanya orang yang langsung mengambil handphone mereka dan menghubungi polisi, atau berteriak mencari orang tua si korban. Semoga ini adalah tragedi memilukan terakhir.
No comments:
Post a Comment