Sir Charles Bell |
Bell’s Palsy adalah sebuah penyakit yang menyerang saraf wajah sehingga menyebabkan kelumpuhan pada salah satu sisi wajah. Kata “Bell’s Palsy” sendiri diambil dari seorang dokter di abad 19, yaitu Sir Charles Bell. Beliau adalah orang pertama yang menjelaskan mengenai penyakit ini dan menghubungkannya dengan gangguan saraf wajah.
Tanda-tanda penyakit ini adalah:
- Wajah terasa kaku di satu sisi, entah kanan atau kiri, dan sangat terasa di pagi hari.
- Salah satu sisi bibir yang terserang tidak dapat digerakkan. Apabila sang penderita tersenyum atau tertawa, salah satu sisi bibir tidak bergerak.
- Salah satu kelopak mata tidak dapat digerakkan. Semakin hari kelopak akan sulit mengatup sehingga hanya dapat menutup satu mata saat berkedip.
- Sulit untuk berkumur dan minum menggunakan sedotan
- Salah satu alis tidak dapat digerakkan.
- Semakin lama penyakit ini didiamkan, maka tanda-tandanya akan semakin terlihat jelas.
Source: www.sciencephoto.com |
Hal ini saya rasakan sendiri pada saat terserang penyakit ini di umur 15 tahun. Pada awalnya Papi merasa itu hanya hal biasa, namun ketika seorang saudara mengenali penyakit tersebut, Papi langsung pulang ke rumah dan membawa saya ke Rumah Sakit.
Melalui ciri-ciri di atas, dokter memvonis saya menderita Bell’s Palsy. Oleh karena itu, dibutuhkan fisiotherapy tiap hari secara rutin. Sepanjang yang saya ingat, terapi harus dilakukan sekitar 2 minggu lamanya. Setiap pulang sekolah, saya makan, ganti baju, dan ke Rumah Sakit untuk melakukan fisiotheraphy selama 30-45 menit.
Terapi dilakukan dengan menggunakan alat yang digerak-gerakkan di saraf leher yang terserang penyakit tersebut. Alat tersebut menghantarkan arus listrik dan bila listriknya terlalu menyala, itu menimbulkan rasa sakit seperti tersetrum. Oleh karena itu, sering kali saya minta agar tidak terlalu tajam listriknya, meski ada ketakutan bahwa proses penyembuhan akan menjadi semakin lama.
Di sekolah, teman-teman semakin menyadari adanya kejanggalan dengan wajah saya. Hampir satu kelas sadar ketika saya maju ke depan untuk melakukan suatu presentasi dan ada moment lucu sehingga saya tertawa. Namun malangnya, tertawa saya saat itu terlihat sangat aneh, sebelah wajah saya flat tidak bergerak sementara di satu sisinya bergerak. Fisiotheraphy harus dilakukan secara rutin, sehingga saya tidak dapat mengikuti acara retreat wajib.
Ketika saya bertanya kepada dokter apa penyebab dari penyakit itu, dokter mengatakan bahwa salah satu sisi wajah terkena angin sementara sisi lainnya tidak. Kemungkinan terbesar adalah ketika saya naik angkot, duduk miring disamping kaca yang terbuka sehingga angin cuma menghempas satu sisi wajah saya. Penderita hendaknya menghindari angin selama proses penyembuhan, tidak diperkenankan naik motor terlebih dahulu. Gunakan scarf agar leher terasa hangat untuk mempercepat proses penyembuhan.
Puji Tuhan saya tidak pernah mengalami sakit itu lagi. Rasanya aneh dan takut bila kelainan itu tidak hilang, disamping ribetnya harus bolak-balik ke Rumah Sakit setiap hari dan mengeluarkan uang cukup besar untuk proses penyembuhan. Oleh karena itu, saya lebih suka menggunakan rambut menutupi leher (mungkin sugesti saja) dan menghindari angin yang menghempas sisi satu wajah saja. Ketika di tempat dingin, saya merasa lebih nyaman bila menggunakan scarf, pada saat main ice skating contohnya.
Untuk penderita, jangan takut. Kalian pasti bisa sembuh, asal ikutin aja tips penyembuhan di kisah saya ini karena sudah saya buktikan sendiri. Penanganan lebih cepat akan lebih baik.
No comments:
Post a Comment