Jakarta, 03/06 – Kemacetan di Jakarta telah menimbulkan banyak kerugian bagi semua orang dan perekonomian Indonesia, bahkan Jakarta diprediksikan macet total pada 2014, begitulah analisa Adrianof Chaniago, pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) dan Fauzi Bowo, Gubernur DKI, belum lama ini.
Kemacetan di Jakarta setiap tahun bertambah parah. Hal ini menimbulkan kerugian bagi semua orang. Adrianof Chaniago memaparkan bahwa setiap tahun nilai kerugian masyarakat mencapai Rp 43 triliun per tahun oleh belanja boros akibat kemacetan. Kerugian akibat kemacetan berupa belanja onderdil yang meningkat, pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM), serta timbulnya penyakit fisik dan psikis. “Dari segi ekonomi, memang terlihat pendapatan warga meningkat, tetapi jam kerja juga bertambah. Jadi, saya melihat, pendapatan masyarakat tidak mengalami peningkatan,” ujarnya.
Di tempat berbeda, Gubernur DKI menyatakan, sesuai data pertumbuhan volume kendaraan di Jakarta, maka di tahun 2014 Jakarta akan macet total. Saat ini saja ruas jalan di Jakarta sudah tidak memungkinkan untuk mendukung laju pertambahan jumlah kendaraan karena menurut data Badan Pusat Statistik (2006), jumlah kendaraan bermotor sudah mencapai 7.773.957 unit, sementara luas ruas jalan di Jakarta hanya mencapai 27.340.000 m2. Bila semua kendaraan bermotor yang ada di Jakarta saat ini dikeluarkan, ruas jalan yang tersedia itu tidak akan mampu menampung semua kendaraan lain.
Berbagai upaya telah diusahakan oleh masyarakat dan Pemerintah. Beberapa orang memilih untuk menggunakan kendaraan umum, bersepeda, bahkan berjalan kaki untuk menghindari kemacetan. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta pun sedang mempersiapkan konsep pembatasan penggunaan pribadi di jalanan protokol sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kemacetan yang terjadi di Jakarta.
No comments:
Post a Comment