Thursday, 11 February 2010

Asyiknya Bersepeda Ria di Tengah Kemacetan





“Lebih baik bersepeda daripada menggunakan mobil namun terjebak macet, selain sehat, saya juga bisa menghemat uang bensin,”
tutur Silih Agung Wasesa, dosen sekaligus pemilik PR Consultant yang tidak gengsi dengan status kaya rayanya.

Pak Silih, begitulah para mahasiswa/i memanggilnya. Dia dikenal sebagai dosen London School of Public Relations (LSPR) yang ramah dan baik hati. Semua orang tau bahwa ia pria kaya raya, namun ternyata kehidupannya “low profile”. Ia tidak malu menggunakan sepeda dari kantornya di Bendungan Hilir ke kampus tempat ia mengajar di Sudirman.

Terkait dengan statusnya, ia tidak malu meminjam sepeda karyawan dan satpam di kantornya dan mengendarainya ke kampus dalam tugas mengajar. “Untuk apa malu?’ Begitu katanya. Ia justru senang dapat bersepeda karena bersepeda dapat menyehatkan tubuhnya. Karena kesibukannya, ia menjadi tidak ada waktu untuk berolah raga dan ini dimanfaatkan dirinya untuk menyehatkan tubuhnya.

Sisi positif lain yang didapat pria berumur 40 tahun ini dari bersepeda adalah ia tidak harus stress karena terjebak macet. Dengan begitu, ia dapat mengajar mahasiswa/i-nya dengan lebih konsentrasi dan menyenangkan. Meskipun ia kaya raya, ia tetap menghemat bensin. Menurut dia, sia-sia membeli bensin mahal-mahal hanya untuk terjebak macet. Dalam bersepeda di Jalan Sudiman, ayah dua orang anak ini lebih senang bersepeda di jalur cepat.
“Saya udah sering ‘diseruduk’ motor dari belakang kalo jalan di sebelah kiri,” tuturnya. Setelah ditabrak motor dari belakang, sang pengendara sepeda selalu disalahkan, termasuk dirinya. Hal inilah yang menyebabkan ia lebih senang bersepeda di jalur cepat. “Mobil lebih ‘tahu diri’ daripada motor, mau ngalah sama sepeda,” begitu katanya.

Pria yang menyukai warna biru ini sudah lama hidup di Jakarta dan ia sudah bosan dengan kemacetan yang ada. Hal ini membuat ia senang bersepeda di tengah kemacetan dan Ia tertarik untuk membeli sepeda lipat, namun ia masih mempertimbangkan harganya yang mencapai tiga jutaan. Setelah diberitahu bahwa ada pemberitaan di internet yang mengatakan bahwa ada satu perusahaan yang membuat sepeda lipat dengan harga terjangkau (1,5 juta), ia langsung tertarik.

Sepeda lipat dirasakannya cukup efektif dan mendukung orang-orang yang bekerja menggunakan sepeda dalam mengurangi dan menghindari kemacetan. Oleh karena itu, sepeda lipat turut membudayakan bersepeda kepada warga Jakarta.
“Bersepeda itu asyik lagi,” katanya.
Tebal
Pemilik PR Consultant ini kagum dengan komunitas Bike To Work (B2W) dalam membudayakan bersepeda ke kantor. Ternyata Silih berteman baik dengan pelopor B2W ini, Toto Sugito, dan tertarik untuk masuk dalam komunitas ini. “Sayangnya saya sudah lama tidak bertemu Toto dan saya menunggu tawaran untuk bergabung,” ujarnya sambil bercanda.

Dalam waktu dekat, pria yang suka bercanda ini berencana untuk membeli sepeda lipat. Hal ini dilakukan untuk mengintensifkan kegiatan bersepedanya ke kantor seperti yang dilakukan karyawannya. “Karyawan saya anggota Bike To Work dan saya mendukung hal itu,” katanya.

Hal lain yang tetap membuat pria penggemar gudeg ini senang dalam bersepeda adalah peran serta dalam membudayakan sepeda dalam mengurangi kemacetan. “Saya senang bersepeda dan saya tidak malu bersepeda karena pastinya saya akan membeli sepeda yang mahal punya,” candanya diselingi canda tawa.


“Intinya, bersepeda itu asyik lagi,” ujar pria humoris ini.

Disadari atau tidak, Silih merupakan salah satu orang yang memberikan kita contoh alternatif bertransportasi yang murah, sehat dan efektif dalam menghindari kemacetan.

No comments: