Saturday 8 March 2014

Pelajaran Hidup dari Drama Korea “Good Doctor”



Setelah lama ngga nulis di blog, I guess I need to back. Nulis apa aja yang mau gue tulis. Penting ngga penting, terserah bagaimana orang memandangnya.

Secara ngga sengaja gue melihat adik gue nonton episode pertama “Good Doctor”, drama Korea tahun 2013. Dari episode pertama, gue ngerasa alur ceritanya menyentuh. Selalu ada pelajaran hidup yang bisa ditarik dari sana. Well, belajar ngga harus melalui text book, lecturing, atau seminar. Learn from your surrounding, even through film.

Disini gue mau share pelajaran apa aja yang gue dapat dari "Good Doctor"

Pertama, pentingnya arti mempertahankan mimpi. Gue salut banget sama tokoh utama. Keterbatasan tidak menghalangi seseorang untuk meraih mimpi. Keadaan dan masa lalu kita, bahkan keadaan masa kini tidak sepatutnya menghalangi kita dalam meraih mimpi.

Kedua, arti pengorbanan. Diperlukan hati dan cinta yang seluas samudera untuk dapat berkorban untuk orang lain. Menurut gue, jika seseorang berkorban, berarti orang itu memiliki kasih di hidupnya. 

Ketiga, arti ketulusan. Hal yang sulit banget untuk dilihat semakin gue besar dan melihat dunia ini. Orang yang tulus tentunya harus punya sensitivitas terhadap apa yang diyakini hatinya, melakukan sesuatu berdasarkan apa yang yang hati kecilnya katakan, tanpa mempedulikan apa omongan orang. Hal ini bisa dilihat dari Cha Yoon Seo dalam mencintai Park Shi On, dan bagaimana Shi On mampu menerima kembali orang tua dan teman masa kecil yang menjahatinya.

Keempat, gambaran cowo menarik. Wah, kalo ini selera gue. Hahaha.. Dari dulu gue selalu tertarik sama cowo yang cerdas, tegas, dan fokus pada tujuan hidupnya. Ini gue lihat dari peran Professor Kim. Orang kedua adalah pemeran Park Shi On, yaitu Moon Joo Won. Ketampanannya mungkin kalah dibandingkan dengan aktor Korea lainnya, namun kemampuannya memerankan orang yang menderita autism (menurut gue ini susah banget dan jempol banget buat sang aktor), kemampuannya bernyanyi, itu udah bisa mengalahkan orang yang sekedar tampan.

Kelima, belajar menghargai. Film ini mengingatkan gue untuk lebih menghargai orang lain, siapapun itu. Kita semua sama-sama manusia, punya kelebihan dan kekurangan.
 
Keenam, tetap realistis. Ini dia yang tetap harus dicamkan dalam pikiran. Drama Asia selalu sukses membuat kita menetapkan gambaran ideal di kepala kita. Contohnya, standar cowo idaman dan proses percintaan. Nilai yang ada dalam film dapat berkontribusi kita untuk menjadi orang yang lebih baik, namun jangan sampai kita menetapkan standar berdasarkan film.

Pada akhirnya, gue rasa gue akan coba lagi nonton film drama Asia macam ini setelah 8 tahun meninggalkannya. Tulisan ini memang banyak ngga pentingnya, tapi gue cuma berharap moga-moga sharing kali ini bisa bermanfaat meskipun cuma dikit.

No comments: