Friday, 27 August 2010

Seputar Email Kontroversial Saya di Milis Perhumas


Saya adalah mahasiswi PR yang sedang mencari magang. Telepon dari tante saya tentang reaksi seseorang di suatu perusahaan tentang pentingnya kuliah di bidang PR dan Marketing Communication membuat saya kecewa, terlebih lagi dukungan untuk tetap semangat tidak saya dapatkan dari tante saya, orang yang sangat saya hormati.


Saya menyadari pentingnya support dari orang kita kasihi. Dalam setiap langkah yang kita ambil pasti ada saja celaan di dalamnya. Saya adalah tipe orang yang cuek terhadap sindiran dan celaan yang datang bila itu berasal dari orang biasa-biasa saja, namun apabila celaan atau sindiran itu datang dari keluarga, pasti akan mempengaruhi. Mengapa? Karena saya berpikir bisa saja sindiran orang lain tujuannya memang buruk, hanya ingin kita terpuruk sehingga seringkali itu semua saya anggap sampah. Bila masukannya positif, tentu saya akan introspeksi diri. Jika cemooh tersebut datang dari keluarga, tentu saya berpikir keluarga itu orang yang mengasihi kita. Tentu mereka ingin yang terbaik.

Bergabung dengan milis Perhumas, saya menuangkan unek-unek saya dan pertanyaan saya. Awalnya saya berpikir hal tersebut akan disikapi biasa saja oleh beberapa orang. Hanya sebentar saja, berbagai tanggapan yang terus berdatangan membuat saya cukup kaget juga. Ternyata email saya mendapat perhatian dari banyak pihak.

Secara keseluruhan, saya merasa beruntung dapat bergabung di Keluarga Besar Perhumas. Banyak senior yang sungguh membuka mata saya. Satu hal yang tidak mereka ketahui, saya menjadi down bukan hanya karena omongan orang lain tersebut, melainkan omongan tante saya sehingga omongan orang tersebut mempengaruhi saya. Namun semua dukungan, masukan dan sedikit celaan membuat saya lebih kuat untuk menyikapi cobaan di masa depan. Papi saya saja yang jarang berbicara menjadi orang yang tiba-tiba angkat bicara hingga menguatkan saya. Beliau yang membiayai kuliah saya saja terus mendukung pilihan saya dan terus mensupport saya. Artinya, omongan buruk dari pihak lain dan anggota (luar) keluarga lain, tidak akan saya pedulikan lagi sepanjang saya terus didukung oleh orang tua saya.

Entah harus merasa senang atau tidak. Saya sungguh tidak menyangka mendapat support dari pihak lain, para senior yang terkenal dan penting di organisasi tempat mereka bekerja. Saya sangat mengagumi kebijaksanaan mereka. Respon mereka sungguh berharga bagi saya. Terima kasih, itu sungguh menguatkan saya. Saya mendapat ”sedikit” email negatif tentang unek-unek saya. Tidak apa-apa. Toh saya sudah belajar untuk tidak memedulikan lagi pendapat yang hanya membuat saya down. Di sisi lain, dosen saya berkata ”mungkin saja” saat saya bertanya apakah email saya tersebut akan berpengaruh buruk bagi orang lain. Ada penyesalan tersendiri ketika saya terpengaruh omongan sampah dari orang hingga saya mengirim unek-unek tersebut.

Meski beberapa jam setelah email tersebut dikirim (dan respons yang didapat banyak sekali hingga saya dihubungi oleh teman-teman saya), saya mengucapkan email terima kasih atas semua respons yang masuk. Kenyataannya, email saya terus mendapat dukungan dan sedikit cemooh lagi. Tidak apa-apa. Yang terpenting, saya menjadi belajar banyak dari hal ini. Terima kasih semuanya. Hal ini saya jadikan bahan introspeksi diri. Saya percaya suatu saat ketika bintang keberhasilan itu sudah saya capai, saya akan tertawa bila bertemu dengannya, seperti yang senior-senior katakan. Saya bangga mencintai profesi ini =)

No comments: