Hari Rabu kemarin, 6 July 2011, akhirnya gue bisa datang ikut kebaktian lagi di Senayan City, setelah lama badan gue nga fit. Pas datang rintangannya banyak, dari badan yang masih ngga fit, teman yang lama banget datangnya, hingga taxi yang tumben banget susah didapat.
Selama perjalanan kesana, gue uda mual di taxi dan uda bad mood abis karena lagi-lagi teman gue selalu telat, ngga bisa ngertiin gue mau ketemu Tuhan dan mau ibadah dengan baik.
Tiba di Gereja, Pendeta sudah didepan sedang kotbah. Gondoknya kayak apa nih hati sama teman gue ini. Kesal rasanya setiap minggu selalu telat, padahal ke rumah Tuhan. Pendeta yang kotbah adalah Pendeta Yusuf. Gue merasa sangat bersyukur karena Pak Pendeta kotbah dari hati, hal yang jarang gue dapat akhir-akhir ini.
Kotbahnya sangat menyentuh, dia bersaksi banyak hal. Satu hal baru yang Tuhan sampaikan melalui dia, yaitu terkadang manusia berdoa dan memaksakan kehendak mereka kepada Tuhan. Manusia lupa adanya tapal batas dan kedaulatan Tuhan.
Kita boleh percaya akan mukjizat-Nya, tapi percayalah bahwa Tuhan memiliki kedaulatan yang tidak dapat diganggu gugat. Pendeta membuka pikiran gue saat dia menceritakan betapa takutnya Yesus menjelang kematiannya. Dia sangat ketakutan dan berdoa di Taman Getsemani, serta berkata, bila memang cawan itu bisa dilalui, kiranya Allah bisa melepaskan cawan itu. NAMUN, bukan kehendak Yesus lah yang harus terjadi, melainkan kehendak Allah Bapa.
Yesus, yang merupakan Anak Allah sendiri pun menghargai kedaulatan Tuhan. Itulah yang harus diingat. Pendeta bercerita tentang temannya yang sangat-sangat mengimani datangnya mukjizat dari Tuhan saat istrinya melahirkan anak perempuan secara prematur dan harus dioperasi jantung dan paru-paru (atau ginjal gitu deh, gue lupa) saat umur anak itu sudah berumur 5 hari. Si ayah berkata kepada Pendeta Yusuf tentang tekadnya untuk bersaksi di Gereja-Gereja apabila Tuhan mengabulkan doa dan permohonan-Nya atas mukjizat terhadap hidup si bayi.
Tuhan berkehendak lain, bayi itu hanya berumur 10 hari. Namun, terlepas dari itu semua, kelahiran bayi tersebut memiliki arti yang luar biasa. Sang bayi yang cantik tersebut memang hanya hidup selama 10 hari, namun she finished her life well. Sang bayi memberikan pemulihan kepada sang ayah dan keluarganya. Sang ayah berkata, “Tuhan memulihkan saya dan keluarga saya melalui Nadine (nama sang bayi). Sudah lama saya tidak berkata terima kasih kepada Tuhan. Sekarang, depan jasad anakku, Nadine, aku mau berkata terima kasih Tuhan..”
I want to have a meaningful life like Nadine’s. She just lived for a while in this world, but she finished it well..
No comments:
Post a Comment